30 Des 2010

a Letter to Mom and dad

Dalam keheningan malam kali ini, tak biasanya perasaan sunyi dan sepi tiba - tiba merasuki pikiranku. Entah karna alasan apa, namun aura ini tak bisa kupahami dan kuketahui dari mana asalnya. Kenangan bersama ayah dan Ibuku tiba - tiba terngiang dipikiran ini. Tanpa sadar, aku mulai menulis surat untuk mereka, mengingat kisah - kisah lama tentang kenanganku bersama mereka.


Auschwitz-Birkenau, Polandia, 27 Januari 1945

Untuk Ayah dan Ibu

Dari Anakmu.

Hello Ayah dan Ibu, semoga ketika kalian menerima surat ini keadaan kalian berdua bersama Ed dan juga Paula dalam keadaan baik - baik saja. Seperti halnya harapanku terhadap keadaan kalian, akupun disini dalam keadaan yang cukup baik (meskipun rasa kesepian, terus terang kadang sedikit membuatku seperti merasakan sakit). Tidak terasa sekitar beberapa tahun kita tidak pernah berjumpa lagi, perasaan rindu terus saja bergeliat dalam hati kecil ini agar bisa cepat tercapai untuk bisa bertemu dengan kalian berdua. Terutama untukmu ibu, kamu adalah sebagian besar inspirasiku mengapa aku masih berada didunia ini. Segala jerih payahmu ketika melahirkanku takkan pernah akan kulupakan seumur hidupku. Bahkan, aku berani menyatakan siap membunuh siapa saja apabila berani sedikit saja menyentuh ibu apalagi sampai menyakiti engkau. Ingatlah ibu, itu merupakan janji bahkan sebuah nazar dari anakmu yang begitu mencintaimu.

Masih ingatkah ibu dengan masa kecilku yang cukup merepotkanmu? haha.. Ibu pasti tak akan lupa bagaimana aku sempat tidak lulus pada saat di SMA dulu. Padahal pada waktu SMP, aku cukup dikenal sebagai anak yang cukup baik disekolah. Semoga itu bisa dinggap sebagai penyeimbang masa kecilku yang kusebut berwarna tadi. oh iya bu, bagaimana keadaan kepala biara Hakenkreuz ? aku merasa sangat rindu ketika disekolah biara dulu, dimana suasananya dan juga tidak lupa lambang swastika yang terus kupandangi setiap hari. Saya juga tidak pernah lupa dengan teman - teman paduan suara saya ketika bersekolah disana, haha, sungguh kenangan yang tidak bisa terlupakan. Meskipun sekarang aku tidak lagi terus bernyanyi, namun ingatanku tentang kalian terus menginspirasiku dalam setiap hal yang kulakukan sekarang. Oh iya lagi, aku juga mau minta maaf kepada ibu, sebab ketika umur sembilan tahun dulu aku sudah mencoba untuk belajar merokok akibat pergaulan disekitarku yang kurang baik. Sekali lagi aku minta maaf ibu.

Sekarang untuk ayah, bagaimana keadaanmu? Aku harap kau dalam keadaan yang baik, karna sekarang Aku sangat menunggu momen pertemuan kita lagi, dimana kali ini aku sudah sangat lebih dari siap untuk membunuhmu dengan tanganku sendiri. Semua perbuatan kasarmu terhadapku ketika aku kecil terus kuingat, ayah. Pasti kamu bertanya, kenapa aku sampai bisa mengatakan hal seperti ini? Semua jawabannya ada padamu. Sudah lupakah engkau dengan pikiran konvensionalmu dulu yang terus memaksaku untuk berprofesi sama seperti dirimu sebagai seorang Pegawai sipil. Tidak sadarkah bahwa engkau telah menciptakan seseorang dengan mindset penuh dengan pemberontakan dan rasa benci akibat melarangnya untuk menjalani hobinya sebagai seorang pelukis? Namun terlepas dari semua itu, aku ingin mengucapkan beribu - ribu terima kasih kepadamu, sebab berkat kejadian tersebut aku telah bertransformasi menjadi pribadi yang kuat dan memiliki pola pikir yang teguh. Juga berkat hasil dari keturunanmu, aku terlahir memiliki fisik yang kurasa terbaik didunia ini. Yang dalam hakekatnya, orang - orang yang sebangsa denganku, kupikir adalah ciptaan yang sempurna. Yang paling sempurna diantara kera - kera yang mengotori dunia ini dengan pemikiran - pemikiran bodoh mereka akan harapan mereka untuk bersatu dengan bangsa kita yang Sempurna.

Yang terakhir buat ayah dan Ibu, doakan anakmu ini agar sukses dalam mengemban misi mulia anak kalian yang tercinta ini. Untuk menciptakan dunia yang sempurna, yang bebas dari sampah - sampah yang selama ini hanya membebani kita semua bangsa yang sempurna. Yang bisa dikatakan tidak memiliki gunanya sama sekali akan kehidupan mereka. Semoga kelak dimasa yang akan datang, para generasi penerus bisa mengenang aku sebagai "pahlawan" yang mampu menciptakan kembali dunia yang baru, yang hanya diisi oleh "Manusia yang Sempurna". Semoga kalian kalian selalu baik - baik saja, doaku akan selalu mengiringi kehidupan kalian sejalan dengan doa kalian untukku.

tertanda,
Anak Kalian yang terkasih
Adolf Hitler


(*)
Tulisan saya kali ini adalah merupakan sebuah karya fiksi. Maka dari itu isi dari kisah tersebut hanyalah khayalan saya saja dengan tidak berlandaskan pada sejarah yang sebenarnya terjadi. Tulisan ini dipublikasikan kepada anda dengan tujuan untuk menghibur sekaligus saya hanya ingin mencoba menyalurkan hobby saya dalam menulis sebuah karangan fiksi versi saya sendiri. Sekali lagi saya tekankan ini hanyalah sebuah karya fiksi, semoga anda terhibur dengan karya original saya tersebut.

By Admin@TYrips with 5 comments

5 komentar:

swt. ta kira le btul :p

sorry bru sempat basingga, kita le da hibernasi dari blogging, laptop lagi dikontrak mami. hihihi

dia mempunyai banyak kemiripan dengan saya.. apakah surat ini dibuat karena kamu terinspirasi dari kehiduap saya yang begitu berwarna??

Tapi betul2 kena bro dengan karakter Adolf Hitler. Jangan2 anda adalah Dr. Poch yang digadang2 jadi calon ketua PSSI (???)

4Larry : okok.. bro

4Ben : itu hanya perasaan anda, kadang perasaan memang suka bohong...

4Andika : hmmm... mungkin saja!!
kemudian dia akan merekrut RajaGombal sebagai pelatih Indonesia kelak...

mungkin
di seribu orang yang terbaik kamu salah satunya,
di seratus orang yang terbaik kamu salah satunya,
di sepuluh orang terbaik kamu salah satunya dan
kalau itu hanya 1 orang terbaik mungkin kamu lah salah satunya,

kembangkan terus kawan ku tunggu yang lebih baik

dari sahabatmu.

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...